LGBT = HAM?

Fitur Let's Celebrate Pride dari facebook

Bermula dari status BBM seorang kakak tingkat yang isinya “colorful = LGBT?”. Kepo, akhirnya dari hasil googling aku tahu kalau LGBT adalah singkatan dari Lesbian-Gay-Biseksual-Transgender. Orang dengan kelainan orientasi seksual dan di jaman sekarang mereka bangga akan hal itu. Tidak hanya itu, dari hasil pencarian tersebut kemudian aku mendapatkan berita-berita mengenai legalisasi perkawinan sejenis yang baru-baru ini disahkan di Amerika.

Tidak lama kemudian akun-akun islam di line menyiarkan berita tersebut beserta kecamannya. Dari situ pula aku tau kalau Mark Zuckerberg merayakannya dengan meluncurkan fitur “Let’s Celebrate Pride” untuk mengubah foto profil menjadi motif warna pelangi, yang mana warna pelangi itu ternyata simbol dari gerakan LGBT. Yang lebih bikin kaget dari semua itu ternyata dari kicauan di akun twitternya, Sherina Munaf ikut mendukung pernikahan sesama jenis.

Bentuk dukungan sherina di twitternya untuk
legalisasi pernikahan sejenis

Banyak pihak di luar sana yang merayakan legalisasi itu. Yah, kita sendiri tau kalau di luar sana melihat pasangan sesama jenis bukan hal yang asing. Dan seperti alasan yang biasa diajukan, kebebasan bagi kaum LGBT pun diaggap meruoakan bagian dari HAM. Hak asasi seakan terus menjadi tameng untuk hal-hal sejenis.

Okay, mungkin aku tak akan membahas ini secara agama karena aku kira semua agama melarang homoseksual dan laut mati merupakan bukti serta pelajaran yang bias diambil dari kaum nabi Luth akibat melakukan penyimpangan tersebut. Tapi secara nalar aja kita tau kalau itu salah. Seharusnya semua orang tau kalau homoseksual menyalahi kodrat alam.

Hak asasi kata mereka? Bagaiman bisa sesuatu yang dapat dikatakan merupakan penyakit, penyimpangan dianggap sebagai hak asasi? Penyakit harus disembuhkan dan dengan melegalkan pernikahan sejenis berarti tidak ada dukungan untuk menyembuhkan penyakit tersebut dan justru mendorong untuk membiarkan penyakit itu sendiri. Dengan memberikan dukungan sama saja kita membenarkan penyimpangan mereka. Kita misalkan saja kleptomania atau pedofilia. Disini, ketiganya merupakan kelainan yang terjadi bukan atas keinginan sendiri. Ya, penderita mungkin sadar dengan apa yang mereka lakukan, tapi mereka tidak bisa mengontrolnya, g]tidak bisa menahannya. Terus dengan dasar hak asasi apa bisa dengan mudahnya kita memberikan kebebasan buat penderita pedofilia untuk melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak? Apa bisa kita bebaskan buat para penderita kleptomania buat 'mengambil' apapun yang mereka inginkan tanpa berhadapan dengan hukum? Mungkin akan ada yang membela,  LGBT itu beda, LGBT toh tak merugikan orang lain seperti halnya kleptomania atau pedofilia. Tapi hey, semua orang juga tau yang LGBT juga merupakan kelainan, semua orang juga tau LGBT itu tak sesuai dengan kodrat manusia. Semua juga tau, bukan maunya mereka untuk menderita kelainan itu, tapi penyakit lainnya pun sama, tak ada yang mau. Yang membedakan disini, penyakit-penyakit itu merupakan penyakit psikis yang obatnya bukan berupa obat-obat kimia, akan tetapi keinginan yang kuat dari penderitanya beserta dorongan, dukungan, dan motivasi dari orang-orang terdekat dan ligkungan sekitar.

Legalisasi LGBT juga merupakan langkah menuju kepunahan manusia. Bayangin deh, cowok nikah sama cowok atau cewek nikah sama cewek, terus bagaimana cara bikin anaknya? *eh*. Tapi serius deh, anak itu merupakan bentuk pelestarian keturunan bagi makhluk hidup. Anak SMP yang sudah belajar biologi aja tau kalau untuk jadi anak itu perlu sperma dari ayah dan indung telur dari ibu. Bahkan untuk bayi tabung pun tetap diperlukan perpaduan sel dari laki-laki dan perempuan kan. Dan homoseksual? Ya, homoseksual jelas melanggar tatanan alam. Pada postingan ini aku sama sekali nggak mengajak untuk membenci mereka atau mengucilkan mereka. Sama sekali tidak dibenarkan kalau kita justru mengasingkan mereka dari pergaulan, merampas hak-hak mereka, atau justru hingga menganiaya. Aku hanya mengajak para pendukung legalisasi LGBT untuk berpikir lagi. Setiap manusia memiliki hak-hak nya masing-masing termasuk pernikahan, akan tetapi aku pikir pernikahan untuk sesama jenis bukan sesuatu yang bisa diterima baik oleh agama maupun moral. Kita perlu mendukung LGBT, tetapi bukan untuk legalitas pernikahan sejenis mereka, akan tetapi agar mereka dapat mengontrol diri, dapat sembuh dari hal-hal seperti itu.


*update per September 2020*
Tanpa terasa 5 tahun berlalu. Membaca kembali hal yang aku tulis di atas, pada beberapa bagian terasa sangat ofensif ya. Menulis memang membuat sesuatu abadi. Aku bisa berkaca ke belakang dan melihat bagaimana aku tumbuh menjadi diriku yang sekarang dari diriku yang dulu. Mari koreksi dan tambahkan beberapa hal dari tulisan di atas.

Meskipun secara norma sosial dan agama LGBT dipandang sebagai kelainan tetapi nyatanya menurut ilmu pengetahuan, LGBT bukanlah penyakit ataupun kelainan seksual. Dan mengenai kepunahan manusia yang aku sebutkan di atas, ah padahal manusia saat justru sangat berlebih. Aku pikir saat ini justru risiko kepunahan manusia diakibatkan oleh tangan manusia yang berbuat kerusakan di bumi, lihatlah bencana alam, peningkatan iklim global, serta penyakit yang diakibatkan kelalaian manusia sendiri.

Jadi apakah sekarang aku mendukung LGBT? Entah. Sebagai seorang muslim, aku percaya perilaku LGBT merupakan hal yang diharamkan dan melakukan ekspresi seksualnya merupakan dosa secara agama. Tetapi aku mendukung mereka untuk dapat hidup dan beraktivitas secara normal. Tidak diperlakukan secara beda dan didiskriminasi. Mereka tetap berhak diperlakukan secara baik. Dan yang aku tau Islam mengajarkan untuk membenci perbuatan buruknya bukan orangnya. Pada akhirnya marilah sepakat untuk tidak sepakat. 

Comments

Popular posts from this blog

Review Mencuri Raden Saleh : Overrated dan Overhyped?

Dirgahayu Republik Indonesia-ku

Tentang Kabut Asap Palangkaraya